Selamat Tinggal Cinta

                                                     "SELAMAT TINGGAL CINTA"
       Lantunan lagu me againtsthe music-nya Britney Spears terdengar saay ponselku berbunyi. Langsung ku sambar benda mungil yang berdering diatas meja belajarku.
       "Ya!Siapa?!" Spaku malas soalnya nih orang ganggu banget, orang lagi denger musik
       " Halo, Joya ya?, ini aku Ben!" terdengar suara di seberang sana yang ternyata Ben.
       "Hallo yank! tumben kamu telpon, ada apa?" tanyaku bersemangat setelah tau Ben lah yang menelponku. "Ben aku kangen banget ama kamu, ngomong-ngomong kapan kamu balik?" tanyaku.
      "Justru karena itu telpon kamu, aku pulang besok, aku pengen kamu yang jemput aku!"
      "Oke honey! aku pasti jemput kamu, tapi jam berapa?" tanyaku.
      "Setengah sembilan, on time ya!, udah dulu. Aku mau tidur, see you!" ujar Ben.
      "Yup! mimpi indah, I love you!"kataku.
      "I love you too" jawab Ben.
      Aku bahagia sekali besok Ben pulang. Teman satu kelasku sewaktu duduk di bangku kelas tiga SMU. Kini ia melanjutkan studynya di negeri paman Sam, Amerika. Ia menelponku agar aku menjeputnya besok di Airport dan aku akan bertemu dengan seseorang yang aku sayangi.
      Tiga puluh menit aku tunggu Ben belum juga muncul, Chika yang menemaniku lagi kesyikan sama majalahnya. Suasana ramai membuatku semakin gelisah.
      "Joya!" seseorang memanggilku dari arah belakang, dengan baju hitam dan jeans hitam, tampak tersenyum menatapku dan merentangkan tangannya. "Ben!" aku terpana seakan tak percaya dengan apa yang ku lihat. Segera ku datangi Ben dan menghambur dalam pelukannya. Ben merangkulku dengan erat.
      "Joya?" sepotong suara lembut menyadarkan aku dari kagetku. Segera ku lepas pelukanku. Hingga ku ingat kalau aku dateng bareng Chika.
      "Ben kenalin nih temanku Chika" aku memperkenalkan Ben pada Chika.
      "Ben!" sahutnya.
      "Chika!".
      "Orang tuamu mana Ben?"tanyaku pada Ben karena tak ada seorangpun bersamanya.

      "Mereka nggak tau kalau aku pulang, aku pengen kamu yang jemput. Lagian mereka pada sibuk. paling juga sopir yang jemput"ujarnya. "Ah peduli amat, nih tolong bawain barang-barangku, capek banget nih pengen istirahat!".
      "Dari dalam mobil Ben bercerita panjang lebar tentang pengalamannya selama di Amerika sana. Chika cepat akrab dengan Ben. Ia memang supel dan rammah sama siapapun termasuk pada kenalan barunya.
      Kini hari-hari yang ku lalui terasa lebih indah dari sebelumnya. Ben selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi. Ia tampak lebih dewasa dari Ben yang ku kenal dulu. Kadang aku ajak Chika jalan bareng, sehingga Ben bisa akrab dengannya. Aku tak pernah sekalipun menaruh curiga jika Ben jalan bareng sama Chika, karena Chika sobat terdekatku saat suka maupun duka.
       Ku hentikan Jaguar S-Type metalik di depan rumah Ben. Wanita paruh baya bernama Bik Minah mambukakan pintu saat aku mengetuknya.
       "Ben mana Bi?" Tanyaku padanya.
       'Den Ben baru saja keluar Non!" jawabnya dengan logat jawa kental. "Mari masuk Non!"
       Rumah ini tampak lenggang sekali, maklum semua pada sibuk dengan urusan masing-masing. Bagiku rumah ini sudah seperti rumah sebdiri. Orang tua Ben menganggapku seperti keluarga sendiri.
       "Non mau minum apa? nanti Bibi buatin!" kata Bi Minah.
       "Jus jeruk aja Bi!, nanti anterin ke atas ya Bi! aku mau ke kamar Ben. Ada barangku yang ketinggalan!"jawabku. Bik Minah segera pergi meninggalkanku. Aku sudh terbiasa keluar masuk kamar Ben. Walaupun ku tahu Ben lagi keluar, perlahan aku buka pintu kamar Ben. Wow! kamar yang cukup rapi untuk ukuran cowok, tapi hey! aku terkejut, diary nya tergeletak begitu saja di mejanya. Ku buka diary itu lalu kubaca, aku cuma bisa tersenyum, tapi pada lembar-lembar terakhirnya.......
              02/02/04
              Diary....
              Aku capek banget. Aku baru sampai di Indonesia. Joya yang jemput, bareng temennya          namanya Chika. Orangnya cute banget, supel 'n trendy. Tripikal cewe yang aku suka. Udah dula yach, aku bobo dulu.
             10/02/04
             Ternyata asyik banget jalan bareng Chika. Energik 'n frinly banget nggak kaya' Joya. Aku lebih comforteble kalo jalan bareng Chika. Entah kenapa sepertinya ada sesuatu yang lain saat aku mengingatnya. Tapi aku nggak bisa boongin diriku kalo aku masih sayang sama Joya, ah entah aku bingung.
        Aku merasa mendengar petir di siang bolong, nggak pernah terbayangkan kalo Ben suka sama Chika, sesaat kukuatkan diri untuk terus membacanya.
              11 /02/04
              Aku kangen banget sama Chika, so aku ajak Chika Jalan. Trus aku ungkapin isi hatiku, dia kaget banget waktu aku bilang aku suka Chika dan dia.........
         Tak sanggup lagi aku membacanya, air mataku tumpah. Segera aku tinggalkan kamar Ben. Hampir saja aku tabrak bik Minah. Hatiku serasa dirajam bertubi-tubi.
         "Non! ini minumnya" suara bibi tak lagi ku hiraukan. Ku pacu Jaguar ku dengan kecepatan tinggi. Pandanganku kabur oleh air mata yang terus mengalir. Ku jatuhkan tubuhku di atas tempat tidurku sesampainya di rumah.
         "Ben kenapa kau berbuat ini, kenapa harus sama Chika?, kenapa? lirihku, sesaat aku tertidur, dan bangun setelah ponselku berbunyi.
         "Ya siapa?" jawabku ogah-ogahan.
         "Hay honey! ni aku Ben" suara yang tak asinglagi bagiku.
         "Ada apa lagi Ben?"
         "Malem ini kamu ada acara nggak? dinner yuk?"
         "Sorry Ben lagi nggak enak badan nih, kapan-kapan aja deh!" kataku menghindar.
         "Gimana kalo aku ke sana?" tanya Ben.
         "Terserah kamu lah!" sinisku.
         "Oke tunggu aku malam ini!" kata Ben sambil menutup telponnya. Ku letakkan ponselku dan beranjak mandi.
         Berdua kami duduk di teras kesunyian masih menyelubungi kami. Aku lagi malas untuk bicara. Aku harus katakan apa yang telah aku putuskan. Tapi aku bingung harus memulainya dari mana.
         "Ben, kurasa hubungan kitanggak bisa di terusin!"kataku memecahkan kesunyian diantara kami.
         "Maksudmu....?" tanyanya bingung.
         "Lebih baik kita break saja dulu!" jawabku sambil berusaha untuk tidak menangis.
         "Tunggu dulu honey!" bujuknya.
         "Ben! please, kamu mau jawab pertanyaanku kan? kamu masih sayang aku kan?" tanyaku. Tampak Ben sedang gugup untuk menjawabnya.
         "Udahlah Ben kamu nggak usah bohong, tadi siang aku baca diary kamu. Kamu lebih sayang Chika dari pada aku kan?"
         "Tapi Joya!" sergahnya.
         "Emang aku nggak cukup berhak untuk maksa kamu buat nyayangin aku. Kamu cocok sekali kok sama Chika" air mataku tak tertahankan lagi. "Udahlah Ben pergilah tinggalkan aku. Aku muak liat muka kamu. Datangi Chika kalau kamu masih sayang sama Chika. Buatlah dia bahagia, jangan pernah kecewakan Chika".
         Selamat tinggal Ben sampai kapanpun aku masih sayang kamu, bisikku lirih aku tahu ini sangat menyakitkan tapi ini yang ter baik bagiku, bagi kamu, dan bagi kita semua.



                                                                  ~ ~ ~ ~*****~ ~ ~ ~











       

0 komentar:

Posting Komentar